Putih, cantik, mewah, anggun dan indah. Siapa yang gak pengen gaun pengantin kayak gitu???
Pasti setiap wanita memiliki gaun pengantin idaman masing-masing.
"Pokoknya gaunku panjangnya lima meter."
"Gaunku harus yang paaaaling cantik dan megah diantara para tamu."
Gak ada matinya kalo kita bahas tentang gaun pengantin idaman. Tapi, pernahkah kita berfikir tentang putri kesayangan Baginda?? Apakah beliau memiliki gaun idaman seperti kita???
Setelah tersiar kabar tentang pernikahan Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah yang akan segera digelar, Rasul memberi hadiah pada putri kesayangannya itu. Dengan bergegas, Sayyidah Fathimah mengambilnya dan membawanya ke kamar. Dibukalah hadiah dari ayahandanya itu, dan seketika beliau terkejut! "Bagaimana bisa ayahku memberikan hadiah seanggun ini untukku?" gumam beliau dalam hati.
Bergegas beliau menuju sang ayah dan mengucap, "Terima kasih, Ayah. Sungguh ini hadiah terindah."
Rasul memberikan gaun pernikahan untuknya. Ia sangat bahagia.
Saat hari pernikahannya tiba, para wanita dari kaum Muhajirin dan Anshor berbondong-bondong ke rumah Rasul untuk membantu menyiapkan perhelatan. Ada yang menyiapkan makanan, ada yang merapikan rumah, ada pula yang merias Sayyidah Fathimah.
"Tok..tok..tok.." tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di tengah keramaian rumah itu.
"Tolong bukakan pintu itu," ucap Sayyidah Fathimah. Setelah dibukakan, ternyata ada seorang wanita tua meminta sedekah. Yang memakai baju sangat lusuh. Akhirnya Sayyidah Fathimah teringat dengan hadits Rasulullah:
لا يؤمن احدكم حتى تنفقوا مما تحبون
"Tidaklah sempurna iman seseorang hingga dia menyedekahkan sesuatu yang ia cintai."
Kemudian beliau berpikir, barang yang paling beliau cintai sekarang adalah gaun pengantin itu. Tanpa berpikir panjang, beliau ambil gaun itu dan diberikan pada sang pengemis.
Semua wanita disitu panik dan heran. Sampailah kabar tersebut pada Rasulullah.
Bukannya marah, malah Rasulullah bangga dengan anaknya tersebut.
"Kamu benar-benar darah dagingku, Wahai Fathimah."
Begitulah didikan Rasul pada putrinya. Sebegitunya Sayyidah Fathimah taat dan tidak mengedepankan hawa nafsunya. Lalu, bagaimana dengan kita??? Bisakah kita menahan hawa nafsu kita demi syariat???
Semoga Allah anugerahkan kekuatan pada kita untuk melawan hawa nafsu dan mentaati syariatnya.
Pasti setiap wanita memiliki gaun pengantin idaman masing-masing.
"Pokoknya gaunku panjangnya lima meter."
"Gaunku harus yang paaaaling cantik dan megah diantara para tamu."
Gak ada matinya kalo kita bahas tentang gaun pengantin idaman. Tapi, pernahkah kita berfikir tentang putri kesayangan Baginda?? Apakah beliau memiliki gaun idaman seperti kita???
Setelah tersiar kabar tentang pernikahan Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah yang akan segera digelar, Rasul memberi hadiah pada putri kesayangannya itu. Dengan bergegas, Sayyidah Fathimah mengambilnya dan membawanya ke kamar. Dibukalah hadiah dari ayahandanya itu, dan seketika beliau terkejut! "Bagaimana bisa ayahku memberikan hadiah seanggun ini untukku?" gumam beliau dalam hati.
Bergegas beliau menuju sang ayah dan mengucap, "Terima kasih, Ayah. Sungguh ini hadiah terindah."
Rasul memberikan gaun pernikahan untuknya. Ia sangat bahagia.
Saat hari pernikahannya tiba, para wanita dari kaum Muhajirin dan Anshor berbondong-bondong ke rumah Rasul untuk membantu menyiapkan perhelatan. Ada yang menyiapkan makanan, ada yang merapikan rumah, ada pula yang merias Sayyidah Fathimah.
"Tok..tok..tok.." tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di tengah keramaian rumah itu.
"Tolong bukakan pintu itu," ucap Sayyidah Fathimah. Setelah dibukakan, ternyata ada seorang wanita tua meminta sedekah. Yang memakai baju sangat lusuh. Akhirnya Sayyidah Fathimah teringat dengan hadits Rasulullah:
لا يؤمن احدكم حتى تنفقوا مما تحبون
"Tidaklah sempurna iman seseorang hingga dia menyedekahkan sesuatu yang ia cintai."
Kemudian beliau berpikir, barang yang paling beliau cintai sekarang adalah gaun pengantin itu. Tanpa berpikir panjang, beliau ambil gaun itu dan diberikan pada sang pengemis.
Semua wanita disitu panik dan heran. Sampailah kabar tersebut pada Rasulullah.
Bukannya marah, malah Rasulullah bangga dengan anaknya tersebut.
"Kamu benar-benar darah dagingku, Wahai Fathimah."
Begitulah didikan Rasul pada putrinya. Sebegitunya Sayyidah Fathimah taat dan tidak mengedepankan hawa nafsunya. Lalu, bagaimana dengan kita??? Bisakah kita menahan hawa nafsu kita demi syariat???
Semoga Allah anugerahkan kekuatan pada kita untuk melawan hawa nafsu dan mentaati syariatnya.