Hiruk pikuk dunia ini mewajibkan kita untuk bertahan sekuat tenaga. Siapa yang kuat maka dia yang menang. Siapa yang lemah, dialah pecundangnya. Lantas, maukah kita disebut sebagai pecundang? Seorang yang putus asa dari hidupnya??
Tentu saja tidak! Begitu juga dengan usaha kita untuk mendapat ridho Allah. Walaupun kita senantiasa bermaksiat tapi jangan sekalipun untuk putus asa dengan rahmat-Nya. Seperti kisah yang satu ini!
Pada suatu hari, Umar bin Khattab menemui Rasulullah saw. sambil menangis.
"Apa yang menyebabkan kau menangis sedemikian rupa?" tegur Rasulullah saw.
Umar bin Khattab lalu bercerita bahwa ia bertemu dengan pemuda yang kondisinya memprihatinkan. Pemuda ini menangis terus-menerus dan menceritakan sesuatu sehingga hati Umar bin Khattab merasa pilu.
Rasulullah saw. berkata, "Sebaiknya kau bawa dia masuk".
Umar kemudian menyusul pemuda tersebut dan menyuruhnya masuk ke rumah Rasulullah. "Perkenalkanlah dirimu kepada Rasulullah," perintah Umar.
Sang pemuda mengangguk. "Namaku Mudznib, ya Rasulullah," jawabnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kau menangis seperti ini?"
"Aku telah melakukan dosa besar, ya Rasulullah! Aku sangat takut membayangkan siksaan yang akan aku terima di akhirat kelak."
"Apakah kau menyekutukan Allah?" tanya Rasulullah yang belum mengetahui dosa besar apa yang dimaksud Mudznib.
"Bukan! Bukan pula membunuh seseorang, ya Rasulullah," terang Mudznib. "Akan tetapi, dosaku ini lebih besar daripada langit, bumi, dan gunung di muka bumi ini."
"Apakah dosamu itu lebih besar daripada kekuasaan Allah?"
"Bahkan dosaku lebih besar lagi, ya Rasulullah," Mudznib tertunduk lunglai.
"Apakah dosamu tersebut lebih besar daripada ‘Arsy’ Allah?"
"Dosaku masih lebih besar daripada ‘Arsy’Allah."
"Bolehkah aku tahu, apakah dosamu itu?" tanya Rasulullah saw. kemudian.
"Selama tujuh tahun, aku telah melakukan perbuatan maksiat! Apabila ada seseorang yang meninggal dunia, lalu dikuburkan, maka segera kugali lagi kuburan itu dan kuambil kain kafannya. Suatu hari, ada seorang gadis yang meninggal. Malamnya, langsung kubongkar makamnya. Entah kenapa, tiba-tiba mayat gadis tadi kusetubuhi berkali-kali dan kugeletakkan begitu saja."
Mendengar penuturan pemuda ini, Rasulullah terkejut bukan main dan mengusir pemuda tersebut. Pemuda itu segera pergi dan terus melangkah. Ia mendekatkan diri kepada Allah Swt (taqarrub). Ia berdoa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, mengadukan nasibnya kepada tuhannya.
Di tempat lain, Rasulullah saw. didatangi malaikat Jibril seraya memberi salam kepada beliau. "Allah Swt. menyampaikan salam untukmu, ya Muhammad."
"Dia-lah Maha Pemberi Keselamatan. Dan dari-Nya pula kesejahteraan datang dan pada akhirnya akan kembali pada-Nya."
"Allah bertanya, Apakah kau yang menciptakan makhluk?’" tanya Malaikat Jibril.
"Dia-lah yang menciptakanku dan menciptakan mereka," jawab Rasulullah saw.
"Apakah kau yang memberi rezeki mereka?"
"Bukan! Dia-lah yang Maha Pemberi Rizki kepadaku dan kepada mereka!"
"Apakah kau menerima tobat mereka?"
"Bukan, melainkan Dialah Allah, yang menerima tobatku dan tobat mereka."
"(Karena itu), Allah telah menyatakan, ‘Hendaknya kau segera menerima tobat seorang pemuda yang telah kau usir beberapa waktu lalu. Sesungguhnya Allah telah menerima tobatnya!" jelas Jibril.
Setelah mendengar penjelasan Jibril, Rasulullah saw. segera memanggil pemuda tersebut dan menyampaikan bahwa Allah Swt. telah menerima tobatnya. Pemuda itu langsung bersujud syukur.
"Allah akan membukakan pintu hidayah dan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat dan ingin kembali kepada-Nya.
Tentu saja tidak! Begitu juga dengan usaha kita untuk mendapat ridho Allah. Walaupun kita senantiasa bermaksiat tapi jangan sekalipun untuk putus asa dengan rahmat-Nya. Seperti kisah yang satu ini!
Pada suatu hari, Umar bin Khattab menemui Rasulullah saw. sambil menangis.
"Apa yang menyebabkan kau menangis sedemikian rupa?" tegur Rasulullah saw.
Umar bin Khattab lalu bercerita bahwa ia bertemu dengan pemuda yang kondisinya memprihatinkan. Pemuda ini menangis terus-menerus dan menceritakan sesuatu sehingga hati Umar bin Khattab merasa pilu.
Rasulullah saw. berkata, "Sebaiknya kau bawa dia masuk".
Umar kemudian menyusul pemuda tersebut dan menyuruhnya masuk ke rumah Rasulullah. "Perkenalkanlah dirimu kepada Rasulullah," perintah Umar.
Sang pemuda mengangguk. "Namaku Mudznib, ya Rasulullah," jawabnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kau menangis seperti ini?"
"Aku telah melakukan dosa besar, ya Rasulullah! Aku sangat takut membayangkan siksaan yang akan aku terima di akhirat kelak."
"Apakah kau menyekutukan Allah?" tanya Rasulullah yang belum mengetahui dosa besar apa yang dimaksud Mudznib.
"Bukan! Bukan pula membunuh seseorang, ya Rasulullah," terang Mudznib. "Akan tetapi, dosaku ini lebih besar daripada langit, bumi, dan gunung di muka bumi ini."
"Apakah dosamu itu lebih besar daripada kekuasaan Allah?"
"Bahkan dosaku lebih besar lagi, ya Rasulullah," Mudznib tertunduk lunglai.
"Apakah dosamu tersebut lebih besar daripada ‘Arsy’ Allah?"
"Dosaku masih lebih besar daripada ‘Arsy’Allah."
"Bolehkah aku tahu, apakah dosamu itu?" tanya Rasulullah saw. kemudian.
"Selama tujuh tahun, aku telah melakukan perbuatan maksiat! Apabila ada seseorang yang meninggal dunia, lalu dikuburkan, maka segera kugali lagi kuburan itu dan kuambil kain kafannya. Suatu hari, ada seorang gadis yang meninggal. Malamnya, langsung kubongkar makamnya. Entah kenapa, tiba-tiba mayat gadis tadi kusetubuhi berkali-kali dan kugeletakkan begitu saja."
Mendengar penuturan pemuda ini, Rasulullah terkejut bukan main dan mengusir pemuda tersebut. Pemuda itu segera pergi dan terus melangkah. Ia mendekatkan diri kepada Allah Swt (taqarrub). Ia berdoa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, mengadukan nasibnya kepada tuhannya.
Di tempat lain, Rasulullah saw. didatangi malaikat Jibril seraya memberi salam kepada beliau. "Allah Swt. menyampaikan salam untukmu, ya Muhammad."
"Dia-lah Maha Pemberi Keselamatan. Dan dari-Nya pula kesejahteraan datang dan pada akhirnya akan kembali pada-Nya."
"Allah bertanya, Apakah kau yang menciptakan makhluk?’" tanya Malaikat Jibril.
"Dia-lah yang menciptakanku dan menciptakan mereka," jawab Rasulullah saw.
"Apakah kau yang memberi rezeki mereka?"
"Bukan! Dia-lah yang Maha Pemberi Rizki kepadaku dan kepada mereka!"
"Apakah kau menerima tobat mereka?"
"Bukan, melainkan Dialah Allah, yang menerima tobatku dan tobat mereka."
"(Karena itu), Allah telah menyatakan, ‘Hendaknya kau segera menerima tobat seorang pemuda yang telah kau usir beberapa waktu lalu. Sesungguhnya Allah telah menerima tobatnya!" jelas Jibril.
Setelah mendengar penjelasan Jibril, Rasulullah saw. segera memanggil pemuda tersebut dan menyampaikan bahwa Allah Swt. telah menerima tobatnya. Pemuda itu langsung bersujud syukur.
"Allah akan membukakan pintu hidayah dan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat dan ingin kembali kepada-Nya.