Suparno.web.id - Diceritakan suatu ketika di kota Tarim, Hadhramaut ada seorang sholeh yang bernama sayyid Alwi Al Masyhur. Seorang yang sangat mengagungkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Suatu saat beliau kehilangan sebuah peti berisi harta yang merupakan modal dari seluruh perdagangannya, sehingga anggota keluarga dan para kerabat pun sibuk mencarinya.
Setelah dicari-cari, akhirnya anak beliau menemuakan harta sang ayah yang hilang tersebut. Ketika itu si anak mendapati sang ayah berada di musholla sedang membaca Al qur'an dan wirid-wirid yang memang dibacanya secara istiqomah antara maghrib dan isya'. Lalu datanglah sang anak dengan tergopoh-gopoh untuk memberitahukan ayahnya tentang kabar gembira tersebut.
Apa kiranya yang ia dapatkan??
Akankah si anak dipuji oleh sang ayah karena membawa kabar gembira tersebut ???
Bukan pujian yang didapat, malah kemarahan sang ayah yang diperolehnya.
Perhatikan...... !
Apakah yang dikatakan sayyid Alwi kepada anaknya tersebut.
Setelah dicari-cari, akhirnya anak beliau menemuakan harta sang ayah yang hilang tersebut. Ketika itu si anak mendapati sang ayah berada di musholla sedang membaca Al qur'an dan wirid-wirid yang memang dibacanya secara istiqomah antara maghrib dan isya'. Lalu datanglah sang anak dengan tergopoh-gopoh untuk memberitahukan ayahnya tentang kabar gembira tersebut.
Apa kiranya yang ia dapatkan??
Akankah si anak dipuji oleh sang ayah karena membawa kabar gembira tersebut ???
Bukan pujian yang didapat, malah kemarahan sang ayah yang diperolehnya.
Perhatikan...... !
Apakah yang dikatakan sayyid Alwi kepada anaknya tersebut.
"Wahai anakku, engaku telah mengganggu istiqomahku. Kau telah memutuskan wirid2 yang biasa aku baca, hanya untuk menyampaikan berita seperti ini... ?!! Kau telah memutuskannya di waktu yang mulia ini ?!! Di waktu mulia seperti ini kau malah sibuk hanya untuk urusan dunia ?!!. Mulai hari ini keluarlah engkau dari kota ini selama setahun....! Perbaikilah adab dan akhlaq mu, setelah itu barulah engkau aku izinkan kembali lagi kesini.
Begitulah para salafunassholih perpegang" teguh terhadap sunnah Nabi Muhammad saw. Mereka tidak bangga jika anak mereka berhasil dalam urusan dunia. Namun mereka justru bangga dan senang ketika melihat anak cucu mereka berakhlaq dan meneladani sunnah Nabi Muhammad saw. Bukan berarti kita tidak boleh mengejar dan mencari harta dunia. Carilah dunia sebanyak mungkin, namun janganlah duniamu mengalahkan akhkiratmu. Contohlah mereka salafunassholihin. Harta yang melimpah tidak menjauhkan kedekatan mereka dari Allah. Uang yang banyak tidak mengurangi kesibukan mereka dalam meneladani sunnah Nabi Muhammad saw. Dunia hanya ada di tangan mereka, dan di hati mereka hanya ada Allah dan Nabi mulia Muhammad saw.
Semoga Allah memberi kita taufiq untuk bisa mengidolakan dan meneladani kehidupan salafunassholihin. Amin...
Sumber : di kutip dari ceramah habib Umar bin Hafidz